“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis”

Jakarta, 10 Oktober 2024 — “Capek, namun harus tetap kuat dan bertahan!”
Itulah yang dialami Prilly Latuconsina dalam film drama terbarunya persembahan
Sinemaku Pictures, “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” yang disutradarai Reka
Wijaya. Bersama Dikta Wicaksono, Prilly mengolah perasaan dan emosinya yang
selama ini selalu dipendamnya sendiri, melepaskan beban masa lalu.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” mengikuti kisah Tari (Prilly Latuconsina).
Setelah kakaknya meninggalkan rumah, Tari berjuang sendirian untuk
menyelamatkan Ibunya (Dominique Sanda) dari Ayahnya (Surya Saputra) yang
abusive. Tari yang sejak kecil menyimpan banyak sekali trauma, sudah tidak mampu
menahan beban ini. Ditemani Baskara (Dikta Wicaksono), seorang pria
temperamental yang juga bergabung di support group yang sama. Mampukah Tari
melewati Trauma yang ia punya dan tidak lagi menyimpan tangisnya sendiri?


Film ini juga dibintangi oleh Widi Mulia (sebagai Nina), konselor di support group,
Ummi Quary (Ica), Kristo Immanuel (Agoy), Gracia JKT48 (Sarah), dan Antonio
Blanco (Dimas). Ide cerita film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” dikembangkan
oleh Umay Shahab, Prilly Latuconsina, dan Junisya Aurelita. Sementara skenario
ditulis oleh Junisya Aurelita.
Film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” mengajak penonton untuk merenung lebih
dalam tentang emosi, khususnya kesedihan, yang seringkali kita pendam. Melalui
kisah Tari, perempuan yang terbebani oleh trauma masa kecil dan masih ada hingga
ia dewasa, film ini menyoroti pentingnya mengakui dan mengungkapkan perasaan
sebagai langkah awal menuju penyembuhan.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” juga telah menjadi gerakan lewat kehadiran
event sebelumnya, Bolehkah Sekali Saja Kita Menangis yang mengajak ribuan orang
untuk mengolah rasa bersama, difasilitasi oleh konselor profesional. Selain itu,
eksperimen sosial yang menghadirkan para pemeran film untuk membagikan
perasaan-perasaan terpendam mereka selama ini dan belum pernah terungkap
sebelumnya. Eksperimen tersebut, secara mengejutkan juga menjadi wadah bagi
para warganet untuk saling mencurahkan emosi yang mereka alami.

Produser “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” Umay Shahab mengatakan, alih-alih
mengglorifikasi kesedihan film ini ingin menjadi platform penguat bagi individu
yang masih harus berjuang dengan segala lapisan emosi mereka.

“Kami ingin film ini menjadi teman bagi siapa saja yang sedang berjuang dengan
emosi mereka. Kami berharap penonton bisa menemukan kekuatan dalam diri
mereka sendiri setelah menonton film ini,” kata Produser “Bolehkah Sekali
Saja Kumenangis” Umay Shahab.

Film ini memperlihatkan suasana yang berat dan penuh tekanan. Tari, karakter
utama, hidup dalam lingkungan yang penuh dengan ketegangan dan
ketidakharmonisan. Penonton akan merasakan kegelisahan dan kesedihan yang
mendalam saat menyaksikan perjuangan Tari untuk bertahan di tengah situasi yang
sulit.

Namun, seiring berjalannya film, penonton akan mulai merasakan perubahan dalam
diri Tari. Dia mulai belajar untuk mengungkapkan perasaannya, mencari dukungan
dari orang-orang terdekatnya, dan berusaha untuk sembuh dari trauma masa
lalunya. Perjalanan emosional ini akan membuat penonton terbawa dan ikut
merasakan perjuangan Tari.

Salah satu momen yang paling kuat dalam film ini adalah ketika Tari akhirnya
menangis. Adegan ini sangat emosional dan mampu membuat penonton ikut
menangis. Menangis adalah bentuk pelepasan emosi yang sehat, dan film ini
mengajak penonton untuk tidak takut untuk menangis dan mengungkapkan
perasaan mereka.

“Kami ingin film ini menjadi ruang yang aman bagi penonton untuk merasakan
berbagai emosi. Melalui cerita Tari, kami ingin menunjukkan bahwa setiap orang
berhak untuk sembuh luka hatinya dan bahagia,” kata Sutradara “Bolehkah
Sekali Saja Kumenangis” Reka Wijaya.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” adalah film yang penuh dengan harapan dan
menyoroti proses penyembuhan luka batin dan emosional. Melalui kisah Tari, film
ini ingin menunjukkan setiap orang berhak untuk sembuh dan bahagia. Film ini juga
ingin mengajak penonton untuk lebih terbuka dengan emosi mereka dan tidak takut
untuk mencari bantuan jika mereka membutuhkannya.

“Melalui Tari, saya berharap penonton bisa merasakan betapa pentingnya untuk
tidak memendam perasaan. Menangis itu bukan tanda lemah, tapi bukti bahwa kita
manusia,” kata pemeran Tari, pengembang ide cerita dan Produser Eksekutif

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” Prilly Latuconsina.
Melalui Baskara, saya juga ingin menunjukkan kita semua membutuhkan dukungan
dari orang-orang terdekat saat menghadapi kesulitan,” tambah Pemeran Baskara di
film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” Dikta Wicaksono.